Pembalakan
liar telah menjadi salah satu permasalahan serius bagi upaya pelestarian dan
konservasi hutan di Indonesia. Manusia dan hutan tidak dapat dipisahkan.
Manusia sangat tergantung pada hutan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Hutan
menjadi andalan manusia dalam eksplorasinya yang berupa kayu, getah, daun,
kulit batang pohon dan berbagai hasil hutan lainnya. Tak jarang manusia harus
mengalihfungsikan hutan sebagai lahan perkebunan dan pertanian, pembalakan liar
meraja lela. Terbukti bahwa keberadaan hutan sangat dipengaruhi perilaku
manusia. Jika manusia terlalu serakah dan mengeksplorasi hasil hutan tanpa
tindakan konservasi dapat dipastikan hutan akan musnah.
Di
sisi lain pembalak liar yang sangat tergantung pada hutan akan kesulitan
menemukan mata pencaharian jika hanya dilarang tetapi tidak ditawarkan jalan
keluar. Hal yang pelik ini menarik perhatian Ritno Kurniawan, sosok pemuda dari
Padang Pariaman untuk mengajak para pembalak liar menghentikan aktivitas
merusak hutan namun sekaligus mengupayakan jalan keluar agar para pembalak liar
tetap punya penghasilan sebagai pemandu wisata.
Tidak
banyak anak-anak muda yang merantau menuntut ilmu kemudian kembali ke kampung
halaman dan membuka lapangan pekerjaan. Ritno Kurniawan adalah satu dari sekian
pemuda yang memutuskan kembali demi membangun kampung halaman usai menuntaskan
Pendidikan di Fakultas Pertanian Universitas Gajahmada Yogyakarta. Kecintaannya
pada lingkungan sejak masih duduk di bangku kuliah menggugah keresahannya
menyaksikan aktivitas pembalakan liar di kampung halamannya masih menjadi
warisan turun temurun.
Sebagai
pemuda yang berbekal ilmu pengetahuan dan pecinta lingkungan Ritno berpikir
keras mengatasi permasalahan yang dihadapi kampung halamannya. Suatu hari Ritno
melakukan hiking di hutan dan menyaksikan keindahan air terjun Nyarai. Ritno
merasa bahwa air terjun nyarai layak dikembangkan menjadi obyek wisata. Ia
yakin jika air terjun ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas dan
infrastruktur dan dikelola secara professional pasti bisa menjadi tujuan wisata
andalan Padang Pariaman.
Perjuangan
Ritno mengangkat potensi wisata air terjun Nyarai bukan tanpa hambatan. Niatnya
mempromosikan Nyarai ditentang masyarakat sekitar sebab air sungai yang
tersambung dengan air terjun biasa dipakai sebagai sarana transportasi untuk
membawa kayu gelondongan hasil hutan.
Ritno
pantang menyerah. Pemuda kelahiran Bukitinggi ini merangkul tokoh-tokoh adat
dan pemerintah setempat. Jalan menuju lokasi air terjun melalui wilayah
kekuasan tujuh kelompok suku sehingga ia harus memperoleh izin dari para tokoh
adat. Ketika izin dari para tokoh adat didapat, pada tahun 2013 Ritno dibantu
beberapa penduduk mulai membangun infrastruktur menuju air terjun Nyarai. Jalan
setapak bermedan sulit pun menjadi lebih ramah bagi pejalan kaki setelah
dibenahi. Namun tidak semua masyarakat mendukung pekerjaan Ritno dan
kawan-kawan. Sekelompok orang bersenjata parang sempat mendatangi rapat Ritno
dengan dan mengancam mereka untuk menghentikan pekerjaannya. Meski tidak
terjadi bentrokan dan huru-hara yang mengerikan kejadian tersebut cukup
mencekam, namun tidak berarti Ritno surut langkah. Ia melanjutkan membangun
fasilitas toilet sederhana dan posko untuk penjualan tiket masuk. Ketika
beberapa fasilitas sederhana telah berdiri, Ritno mempromosikan obyek wisata
Air Terjun Nyarai di media sosialnya.
Air Terjun Nyarai Menjadi Sumber Kehidupan
Kerja keras Ritno mulai menunjukkan hasil. Para wisatawan pun mulai ramai berkunjung. Tiket masuk seharga 20 ribu rupiah dan medan yang sulit bukan halangan bagi para wisatawan untuk menikmati keindahan. Terbukti pada bulan Maret 2014 tercatat sekitar 9000 pengunjung berkunjung ke air terjun Nyarai. Meski promosi obyek wisata ini hanya melalui media sosial dan dari mulut ke mulut namun terbukti mampu menarik minat masyarakat. Apalagi di kawasan yang asri ini terdapat pula tempat untuk berkemah dengan hanya membayar 40 ribu rupiah per orang
Tidak
mengherankan jika pendapatan kotor obyek wisata Air Terjun Nyarai pernah
mencapai 50 juta rupiah dalam sehari ketika dikunjungi lebih dari 2000
pengunjung. Pendapatan dari penjualan tiket masuk tersebut kemudian dibagi-bagi
sesuai kebutuhan, ada yang diserahkan untuk masyarakat adat, ada yang
dimanfaatkan untuk membenahi fasilitas termasuk merapikan jalur masuk dan
membangun jembatan serta untuk komisi para pemandu wisata. Menariknya para
pemandu wisata ini dahulunya adalah para pembalak liar. Ritno melakukan
pendekatan persuasif dengan mengajak para pembalak liar menghentikan aksi
pembalakan dan menawarkan pekerjaan sebagai pemandu wisata. Ritno tak segan
memberikan pelatihan kepada masyarakat sekitar air terjun Nyarai agar mereka
mampu bertindak secara profesional, mulai dari tata cara menerima dan
memperlakukan wisatawan, memberikan arahan untuk berdagang makanan, minuman dan
souvenir untuk dijual di sekitar tempat wisata serta melatih para pemandu
wisata dengan kemampuan dan teknik berkomunikasi dengan baik. Tak kurang sejumlah
180 orang pemandu wisata yang terlatih siap menemani para wisatawan.
Pemuda yang pernah menerima penghargaan Juara Pemuda Pelopor Sumatera Barat, Satu Indonesia Award Bidang Lingkungan tahun 2017 dan Tanda Kehormatan Satya Lencana Pariwisata tahun 2019 dari Presiden RI ini tidak berhenti dengan hasil karyanya. Ia secara berkesinambungan melakukan inovasi untuk mengangkat obyek wisata Air Terjun Nyarai tetap ramai dikunjungi wisatawan. Kini terdapat paket-paket wisata menarik yang dapat diikuti para pelancong seperti trip untuk mengamati burung langka kuau raja, atraksi menangkap ikan asli Lubuk Larangan untuk dilepas lagi dan berbagai atraksi menarik lainnya.
Sumber : IG Ritno Kurniawan |
Untuk menjaga antusiasme wisatawan, Ritno juga membuat paket-paket wisata yang menarik. Beberapa di antaranya adalah atraksi menombak ikan, mengamati burung langka kuau raja (Argusianus argus Linnaeus), dan menangkap ikan asli Lubuk Larangan. ”Kami menangkap ikan hanya untuk mendapatkan sensasinya. Setelah ikan tertangkap, kami foto-foto, setelah itu ikan dilepas lagi,” katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar