Beberapa waktu yang lalu sempat mengobrol dengan seorang teman yang kebetulan anak pertamanya mau kuliah di kedokteran. Sempat surprise juga mengingat kuliah di kedokteran kan sumbangannya ratusan juta. Tapi meski pandemi dia bisa menyediakan uang pangkal ratusan juta. Kuncinya ada di tabungan pendidikan.
Teman yang lain bercerita kalau salah satu kerabatnya saat pandemi seperti ini susah untuk membayar uang muka daftar sekolah. Padahal sebelum pandemi keadaannya sangat lebih dari cukup.
Dari dua kisah diatas bisa kita ambil kesimpulan bahwa tabungan atau dana pendidikan itu penting. Terlebih jika pendapatan kita tiap bulan naik turun dan tidak tetap setiap bulannya. Bagi rumah tangga dengan satu pendapatan yang bekerja hanya suami saja seperti rumah tanggaku perencanaan keuangan sangat penting karena pendapatan hanya melalui satu pintu.
Aku akui di tahun-tahun pertama menikah lebih sering tekornya. Apalagi saat pengantin baru masih banyak kebutuhan plus cicilan rumah dan kendaraan. Sejak tekor melulu aku mulai merencanakan pengeluaran dengan cara sederhana.
Tips perencanaan keuangan sederhanaku :
1. Bayar cicilan kartu kredit
Begitu gajian usahakan langsung membayar lunas tagihan kartu kredit. Kami masih menggunakan kartu kredit untuk belanja bulanan karena biasanya ada cashbacknya. Hehe. Namun kami selalu membayar lunas cicilan yang ada sehingga tidak terkena bunga.
2. Membuat pos - pos pengeluaran utama. Pengeluaran utama seperti pos untuk listrik, SPP anak-anak, transportasi, gaji mbak cuci setrika, belanja harian, pos sosial, pulsa dan internet. Begitu gajian langsung masukin ke dalam amplop pembagian pos-pos ini.
3. Menyisihkan sebagian gaji untuk tabungan anak-anak.
Untuk pos tabungan pendidikan anak-anak ini aku alokasikan khusus. Dan sistemnya tidak bisa diutak-utik.
4. Menyisihkan pendapatan untuk zakat dan sedekah.
Untuk sedekah bisa kita ambil dari pos sosial. Untuk zakat ini besarnya 2.5 persen. Bisa kita bayarkan setiap bulan atau setahun sekali setelah tercapai nishab.
5. Tidak lapar mata dan membeli barang seperlunya.
Meski sebenarnya bisa saja beli beli baju atau tas setiap bulan, namun aku memilih untuk tidak melakukannya. Budget untuk membeli baju atau sepatu bisa dialihkan ke hal-hal yang lebih penting atau ditabung untuk sesuatu yang tidak terduga. Jadi jangan kaget kalau sosmedku sepertinya gak ganti-ganti baju alias itu-itu saja. Hahahaha...
6. Mencatat pengeluaran harian
Pengeluaran harian ini sepertinya sepele namun bisa tekor jika tidak terkendali dan tidak tercatat. Tiba-tiba baru 2 minggu atau 3 minggu gaji sudah habis saja. Sejak beberapa tahun lalu aku mulai mencatat pengeluaran harian. Mencatatnya manual di buku tulis. Hehehe. Tapi efektif banget karena aku jadi punya catatan pengeluaran bulananku dari bulan ke bulan dan dari tahun ke tahun berkat rajin mencatat pengeluaran harian ini.
Enaknya sekarang ada aplikasi catatan pengeluaran dari Senyumku loh. Jadi buat yang malas catat manual seperti aku, bisa catat catatan pengeluaran langsung dari aplikasi. Dan enaknya lagi sudah dikelompokkan per kategori.