Waktu menunjukkan pukul empat sore saat kami meninggalkan hotel di kawasan Teuku Umar Bali dan menuju Ekowisata Subak Sembung Peguyangan. Ini adalah hari kedua kami berada di Bali. Salah satu tujuannya ke Ekowisata Subak Sembung Bali. Sayangnya selama dua hari si kecil rewel jadi nggak sempat kemana-mana. Di hari kedua saat si kecil tidak rewel kami memutuskan pergi ke Subak Sembung.
Cuaca cerah saat kami tiba di Subak Sembung Peguyangan. Parkiran tampak penuh dengan beberapa motor dan mobil milik orang-orang yang jogging. Hawa segar khas area persawahan langsung terasa saat kami tiba di sana. Kontras dengan suasana Denpasar dan Kuta yang padat, kita bisa merasakan sejuknya udara di area ini. Tak sabar rasanya ingin memasuki area subak, tapi sebelumnya sempetin foto dulu.
Eko wisata Subak Sembung terletak di Banjar Pulugambang, Kelurahan Peguyangan. Area ini mempunyai luas 115 hektar. Kata subak sendiri sudah tidak asing bagiku. Dulu pada saat sekolah dasar diajarkan sistem pengairan di Bali yang disebut subak. Subak Sembung bermula pada saat petani yang tergabung dalam empat kelompok pengelola irigasi (subak) menggagas ekowisata di desanya. Pada awalnya, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Denpasar bekerja sama dengan Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Universitas Udayana (Unud), Bali mendampingi mereka. Jadi Subak Sembung ada sejak tahun 2014.
Gerbang masuk Banjar Berseri Astra (dok.pri) |
Banjar Berseri Astra (dok.pri) |
Sepanjang area persawahan tampak beberapa petani yang sedang memanen tanaman padinya. Ini adalah musim panen. Tampak beberapa padi menguning. Dari kejauhan tampak seorang ibu yang sedang 'napeni' atau memisahkan biji-biji gabahyang bagus dan yang jelek.
Ibu-ibu dengan gabahnya (dok.pri) |
Petani (dok.pri) |
Di tengah persawahan yang luas ini terdapat jogging track. Panjangnya konon 3 km dan 7 km. Kami datang di waktu yang tepat yaitu sore hari dimana banyak orang jogging. Aku lihat yang jogging dari berbagai kalangan dari anak-anak, keluarga kecil sampai rombongan ibu-ibu dan mahasiswa. Jogging track di kawasan Subak Sembung ini memang asyik. Jogging track yang membelah area persawahan. Jadi kita bisa lari-lari sambil menghirup udara segar persawahan.
Jogging track (dok.pri) |
Jogging diantara sawah yang menghijau (dok.pri) |
Jogging diantara hijaunya padi ( dok.pri) |
Selain beberapa keluarga muda, rombongan ibu-ibu, ada juga beberapa anak kecil yang asyik jogging bersama teman-temannya. Area ini memang asyik buat berolahraga sambil menghirup segarnya udara sawah.
Di sebuah kesempatan aku sempat mengajak ngobrol salah satu orang yang jogging disini. Namanya Krisna. Seorang mahasiswa di Denpasar. Dia mengaku sangat senang dengan adanya Ekowisata Subak Sembung ini karena dia bisa menghabiskan waktu liburnya dengan jogging. Setiap libur kuliah dia selalu jogging disini.
Selain area persawahan yang ditanami padi, di ekowisata ini juga ada petani yang menanam bunga. Aku sengaja pergi ke saungnya dan mengobrol sedikit. Dia menanam bunga Kenikir di kebunnya. Awalnya aku kira si bapak adalah salah satu dari petani binaan Astra, namun ternyata bukan. Tapi lumayan lah bisa ngobrol banyak dengan bapak yang ramah tentang ekowisata ini.
Bunga Kenikir di Subak Sembung (dok.pri) |
Kebun Kenikir di Subak Sembung (dok.pri) |
Hari semakin sore, jogging track yang belum kami lewati masih panjang. Namun aku sudah kelelahan. Maklum aku harus berjalan sambil menggendong si kecil yang masih kurang enak badan bergantian dengan ayahnya. Tampak sebuah warung dengan banyak orang yang sedang beristirahat dan minum. Akhirnya aku memutuskan istirahat dan minum di sana sekalian ngobrol. Siapa tahu ketemu nara sumber yang bisa aku tanyain tentang Subak Sembung. Aku memang sengaja datang ke Subak Sembung untuk menulis tentang kampung Astra, namun sebelumnya aku tidak menghubungi salah satu orang Astra di Bali untuk wawancara. Nekad saja langsung datang dari Jakarta. Jadi mencari nara sumber seperti mencari jarum di tumpukan jerami.
Kehangatan di Tengah Subak Sembung Peguyangan
Setelah lelah berjalan-jalan kami memutuskan untuk membeli minum di warung di pinggir sawah. Banyak juga orang-orang yang beristirahat di sana. Mereka istirahat sambil meminum jahe hangat menu favorit di warung. Ibu Sekar pemilik warung adalah orang yang ramah. Kami bertanya tentang petani binaan Astra ke Ibu Sekar. Ternyata orang Bali ramah-ramah. Ini baru pertama kalinya aku berinteraksi ngobrol langsung dengan masyarakat Bali. Empat kali ke Bali biasanya cuma sebagai wisatawan tanpa ngobrol lebih banyak. Ini pertama kalinya kami bisa mengobrol banyak hal tanpa label sebagai wisatawan.
Aku bisa ngobrol banyak hal dengan bapak-bapak di sana. Ngobrol ngalor ngidul dengan bapak yang ternyata seorang pemangku adat di Bali. Karena tahu kami datang dari Jakarta akhirnya beliau ngobrol tentang Kota Jakarta dan tempat-tempat yang sempat beliau kunjungi. Ada juga bapak-bapak pensiunan dari dinas pendidikan yang bercerita banyak tentang Eko Wisata Subak Sembung. Sebelumnya beberapa mas-mas atau bli dalam bahasa Balinya juga bercerita banyak tentang Bali dan kemacetan di Denpasar. Pokoknya asyik banget. Ternyata setelah ngobrol ngalor ngidul, salah satu bapak yang ada di sana adalah Bapak I Nyoman Darna salah seorang petani jamur binaan Astra. Lucky me...bisa menemukan nara sumber yang dicari gara-gara ngobrol di sore hari.
Keramahan di tengah Subak Sembung bersama pemangku adat (dok.pri) |
Ngobrol ditemani jahe hangat (dok.pri) |
Sama dengan bapak-bapak yang lain, Bapak Darna juga menyambut obrolan kami dengan hangat. Dan dengan senangnya beliau bercerita tentang bisnis jamurnya. Bapak Darna adalah salah seorang pensiunan di kantor Gubernur. Sejak tahun 2013 saat beliau pensiun beliau mulai menggeluti bisnis jamur tiram.
Bapak Darna petani jamur binaan Astra (dok.pri) |
Bapak Darna bercerita awal mula beliau berkecimpung di bisnis ini. Sebelumnya saudaranya ada yang sudah berhasil berkecimpung di bisnis ini.. Akhirnya beliau ilut-ikutan ingin bisnis jamur tiram yang mudah penanganannya. Awalnya beliau mulai dengan 1000 baglog. Baglog adalah tempat berkembangnya jamur yang terbuat dari serbuk gergaji, bekatul, kapur, tepung jagung dan lainnya. Dari 1000 baglog awal mulai bisnis ini, ternyata Bapak Darna mendapatkan hasil dua kali lipatnya , dan akhirnya bisnis ini diteruskan sampai sekarang.
Tak terasa waktu sudah hampir magrib. Asyik sekali bercerita dengan bapak Darna dan bapak-bapak di warung pinggir sawah. Di kesempatan tersebut aku juga meminta ijin untuk berkunjung ke tempat usaha jamur tiram Bapak Darna. Tapi karena sudah malam dan Bapak Darna masih ada keperluan di Subak Sembung, beliau menawarkan agar kami datang keesokan harinya ke rumah beliau.
Manik Galih Jamur Tiram Binaan Astra
Pagi harinya kami sudah bersiap akan berkunjung ke rumah Bapak Darna. Sayang si kecil demam lagi dan rewel. Alhasil seharian kita di hotel karena dia demam dan rewel. Hari ini hari terakhir di Bali. Besok pagi kami harus kembali ke Jakarta. Sayang banget kalau nggak sempat ke rumah Bapak Darna. Akhirnya sore hari kami sempatkan berkunjung ke rumah beliau.
Usaha jamur milik Bapak Darna ini bernama Manik Galih Jamur Tiram. Beliau adalah petani jamur binaan Astra Bali. Hari sudah sore kami datang ke rumah beliau yang luas . Sayang beliau sedang tidak ada di rumah. Beliau sedang berada di sawah. Akhirnya suami menyusul beliau ke sawah dan aku menunggu di rumah. Setelah beliau datang kami diajak menuju rumah jamur yang berada di belakang rumah.
Baglog di Manik Galih Jamur Tiram Pak Darna (dok.pri) |
Rumah jamur biasa disebut kumbung jamur. Rangka kumbung dapat dibuat dari kayu dan bambu. Sementara dindingnya terbuat dari anyaman bambu. Bapak Darna bercerita jika faktor penting yang harus dijaga di dalam kumbung yakni kelembapan dan suhunya. Kesesuaian kelembapan dan suhu sangat mempengaruhi pertumbuhan jamur. Suhunya tidak boleh lebih dari 30 derajat namun juga tidak boleh terlalu lembab.
Pengatur suhu di kumbung jamur Pak Darna (dok.pri) |
Manik Galih Jamur Tiram milik Pak Darna ini adalah salah satu petani binaan Astra. Dulu pada saat mulai bisnis ini Astra membantu permodalan untuk membeli beberapa bibit jamur. Saat ini Pak Darna memiliki dua rumah jamur atau kumbung jamur . Bila penuh dua rumah jamur ini bisa memuat 2700 baglog.
Pak Darna pemilik Manik Galih Jamur Tiram (dok.pri) |
Pak Darna menjelaskan jika baglog sudah mulai ditumbuhi miselium sekitar 7 hari sampai 2 minggu jamur bisa dipanen. Harga perkilo jamur tiram ini lumayan mahal. Bisa mencapai 15 sampai 20 ribu perkilogramnya. Bapak Darna sudah mempunyai langganan warung-warung yang menjual jamur tiram. Atau penjual jamur crispy yang berjualan di sekolah-sekolah.
Menyimak penjelasan Pak Darna (dok.pri) |
Selain permodalan Astra juga masih menyertakan Bapak Darna dan jamurnya di beberapa kegiatan Astra. Saat awal November kami berkunjung ke Pak Darna, beliau bercerita kalau Astra juga sudah memesan beberapa pepes jamurnya untuk acara Astra Bali di akhir November.
Kunjungan kali ini ke Bali sungguh berkesan. Meskipun kami tidak bisa berwisata seperti biasanya gara-gara si kecil demam berhari-hari tapi kami bisa mengunjungi Ekowisata Subak Sembung Peguyangan dan bertemu Pak Darna salah satu petani jamur binaan Astra.
Oya Pak Darna juga membawakan bebrapa jamur tiram untuk dibawa ke Jakarta yang ternyata enak sekali pas digoreng tepung. Anak-anak suka. Terima kasih Pak Darna..sukses selalu ya untuk bisnis jamurnya. Terima kasih juga untuk Astra yang memiliki komitmen untuk memajukan para petani binaannya dan berkontribusi terhadap lingkungan sekitar. Ekowisata Subak Sembung memiliki kontribusi besar buat masyarakat Bali. Buat mereka yang butuh olah raga dan udara segar serta berkontribusi ekonomi dengan memberi mata pencaharian ibu-ibu yang berdagang sayur atau minuman di sepanjang Subak Sembung.
Sebelum pulang sempetin dulu berfoto di depan jamur tiram plus dedek bayi yang masih nangis rewel. Sampai bertemu Bali...sampai bertemu kembali di kesempatan berikutnya.
Buat yang penasaran seperti apa indahnya Ekowisata Subak Sembung Peguyangan Bali, bisa dilihat di video ini.
wah aku belum sampai berjumpa ke pak Darna nih mbak.
BalasHapusIya Koh. Kayaknya kita barengan deh datang ke Bali kalau dilihat dari IG nya Koh Deddy awal November. Susah banget emang ketemu nara sumber kalau nggak janjian dulu. Makanya beruntung banget bisa ketemu Pak Darna ini gara-gara ngobrol di Warung. Alhamdulilah dua hari bisa ke Subak Sembung dan Pak Darna meski disempet-sempetin karena dedek bayi nangis rewel karena mendadak demam di Bali.
Hapusbetul... kudu janjian dulu itu mbak. beruntungnya kalau bisa jumpa narasumbernya kayak Pak Darna.
BalasHapusDuhhh mbak, aku masih punya mimpi bisa jalan-jalan setiap pagi di antara petak sawah. Pengen tinggal di desa suatu hari nanti
BalasHapusKampung nenekku di Magelang masih banyak sawah kayak gini Mbak. Jadi bisa jalan-jalan pagi di pematang sawah kalau liburan.
HapusPengembangan KBA Bali ini bagus sekali. Bahkan beberapa pembina di KBA Jakarta mengakuinya. Selain lokasinya yang masih di kampung sehingga lebih dekat dengan alam, mereka masih mempertahankan cara tradisional, sangat menarik untuk dikunjungi. Good luck Mbak Nung.
BalasHapusWaaah Mbak Damar malah sudah ngobrol dengan beberapa pembina KBA di Jakarta ya Mbak. Terima kasih ya sudah berkunjung. Ditunggu tulisannya di Lomba Astra.Yuk...
HapusWah mantull!.. Beneran indahkan ya disana... Aku kemarin sempet kesana, cuma gak tau kalau ada budidaya jamurnya juga!...
BalasHapusKampung yang begini nih yang harus banyak dilestarikan...Mantulll!
Yuup...betul. Ayo tulis mana kunjungannya ke Subak Sembung.Indah..hijau dan udaranya segaaar ya.
HapusAdem banget kyknya tempatnya mbak. Asikk pulang diksih jamur buat oleh2 heheheh
BalasHapusMenarik banget mbk
BalasHapusYa ampuuun bolak balik pulang ke Bali dan saya gak tau ada tempat sekece ini
BalasHapusDesa wisata yang tertata dengan baik
Pengen ngeborong jamurnya euy
Nah, aku suka banget nih model wisata begini. Selain dapat pemandangan, bisa dapat pengetahuan juga.
BalasHapusAku pun sekarang jadi suka mewawancarai orang dan mendengarkan mereka bercerita. Aku selalu merasa bisa mendapatkan ha positif dari cerita tersebut.
Kalau si dede bayi sehat, mungkin cerita ini bisa lebih seru kali ya :)
Wah iya, aku juga jadi diingatkan dengan materi pelajaran saat SD. Kirain Banjar di Jawa Barat, ternyata di Bali ya. Tempatnya cocok banget buat wisata keluarga. Pemandangan alamnya dapet, edukasi juga dapet. Dewasa dan anak-anak senang semua :D
BalasHapusAku suka melihat sawah seperti ini mba. Apalagi bisa jogging disini, bebas polusi.
BalasHapusSaya jadi kepikiran sawah depan rumah yg masih luas galengannya dibuat sebagai trek joging juga ah hehehe...
BalasHapusDi Bali pastinya sangat bagus dan asri. Setidaknya di kampung saya ini bisa nyerempet mirip2 i hehehe
Subak memang salah satu warisan dan potensi ekowisata yang layak banget dikembangkan. Di Bali sendiri dengan kultur wisata yang tinggi, ekowisata seperti ini saya yakin akan sangat berhasil, tinggal kita semua yang memanfaatkannya, bukan hanya para turis bule yang bosan dengan pantai.
BalasHapusWah aku baru tahu nih ada Subak Sembung dan jogging track-nya. Aku masukin ke list untuk didatangi kalo ke Bali lagi ah.
BalasHapusAsik emang ngobrol-ngobrol sama orang lokal di sekitaran tempat yang kita datangi. Kalo main-main nggak cuma foto-foto aja. Tapi dapat cerita juga.
wisata dapat, pengetahuan dapat..
BalasHapusaku suka nih mbak wisata seperti ini, semacam wisata agro ya
untung bisa ketemu pak Darna ya sebagai narasumber.., jadi bisa lebih banyak info yang didapat..
sempga si dedek sehat2 ya mbak
Suka sekali suasana pedesaan dimana sawah hijau terhampar. Kebun bunga kenikirnya nya juga cantik
BalasHapusJoging di antara sawah, belum pernah nih. Biasanya kan jalan di pematang, yang bisa-bisa terpeleset karena engga biasa. Keren ada budidaya jamur tiram juga...
BalasHapusDI Subak Sembung ini kita bisa wisata dan relaksasi ya. Gimana ga, kita menikmati hamparan padi yang hijau, ada yang menguning bisa melihat tempat jamur2 (favoritku hehe) 😘 Bisa ngobrol2 dengan pemangku adat pula. Waaah happy yaa mbak.
BalasHapusuwaw Pak Darna keren. inspiratif banget
BalasHapusaku baru tau kalau bunga itu namanya bunga kenikir, hehe
loh adeknya itu nangis ya? haha
Kalau lihat jamur begitu rasanya saya pengen ambil yang banyak. Saya penggemar kuliner jamur. Jadi, langsung kebayang deh makanan yang enak dari jamur
BalasHapusAda dua hal yang aku rasakan setelah baca ini. Yang pertama jadi pingin ngerasain jogging di tengah sawah dan yang kedua pingin banget makan jamur, salah satu makanan favoritkuuu... Semoga usaha jamur Pak Darna selalu lancar dan bisa ngasih banyak manfaat juga buat masyarakat sekitar... :)
BalasHapusWaaah..keren banget Kampung Berseri Astra di Subak ini ya mbak.
BalasHapusAsri banget alamnya, jogging track di area persawahan..duuuh serunyaaa