Saat ini perkembangan dunia digital semakin maju. Di era ini hampir semua orang tidak bisa dipisahkan dengan gadget khususnya smartphone. Mempunyai smartphone sepertinya menjadi sebuah keharusan saat ini. Dari pesan ojek, belanja online sampai pesan pesawat dilakukan secara online melalui HP android.
Perkembangan gadget ini tentunya juga berdampak bagi keluarga. Banyak keluarga yang membekali anak-anaknya dengan smartphone. Maka tak heran jika kita jumpai anak-anak asyik sendiri dengan smartphonenya dan tidak mempedulikan lingkungan sekitar.
Pemakaian smartphone buat anak-anak ini ibarat dua sisi mata uang. Banyak manfaatnya namun juga banyak segi negatifnya. Terutama jika anak tidak bisa menggunakan smartphone secara bijak. Anak-anak bisa menjadi anti sosial, kecanduan games atau tontonan yang tidak mendidik. Pemakaian smartphone pada anak memang tetap harus dalam pantauan orang tua.
Smartphone Untuk Mendekatkan Keluarga
Duo bocah baru beberapa bulan ini memegang smartphone sendiri. Si kakak kelas 6 SD dan adiknya kelas 5 SD. Sudah lama mereka meminta smartphone seperti teman-temannya namun baru kami kasih ijin beberapa bulan yang lalu. Itupun memakai smartphone bekas kami.
Smartphone mereka tidak pernah kami isi pulsa. Hanya sekali pas membeli nomor perdana. Selebihnya kami memakai wifi di rumah. Jadi smartphone hanya bisa dipakai di rumah saat ada jaringan internet dan tidak bisa digunakan di luar. Jadi anak-anak lebih terpantau dalam penggunaannya.
Tujuan awal pemberian smartphone sebenarnya karena anak-anak butuh untuk grup WA. Jika ada PR dan tugas sekolah biasanya anak-anak bertanya kepada temannya melalui grup WA teman-teman sekelas. Selain WA kelas, anak-anak juga bisa mengobrol dengan sepupu dan om tante di grup WA keluarga besar. Anak-anak bisa tahu kabar sepupunya yang habis menang olimpiade Matematika se Indonesia dan saling memberi selamat. Atau mendoakan tante yang sakit agar segera sembuh. Jadi dengan smartphone tetap dekat meskipun jauh.
Smartphone Untuk Diskusi Keluarga
Khusus keluarga kecil kami, juga ada grup keluarga. Isinya ayah, ibu dan anak. Grup berisi anak-anak, saya dan suami ini berfungsi sebagai sarana diskusi keluarga dan laporan kegiatan. Karena si ayah pulang malam, maka biasanya memantau anak-anak lewat grup keluarga. Anak-anak sholat Ashar, jamaah Magrib di masjid sampai kegiatan mengaji abis Magrib biasanya dipantau lewat WAG keluarga. Ayah bertanya lewat grup keluarga dan anak-anak menjawabnya disana. Kalau ada yang bohong atau tidak sesuai pasti ketahuan karena ada ibu yang mengawasi di rumah dan baca WAG keluarga.
Biasanya jika menemukan quote yang asyik atau informasi yang bermanfaat untuk keluarga si ayah akan membagikannya di grup dan didiskusikan lebih lanjut saat weekend. Contohnya seperti di bawah ini.
poster yang dibagikan di grup keluarga |
Kebetulan karena kami sedang renovasi rumah, maka diskusi pemilihan warna kamar , sofa baru atau interior kamar anak-anak dilakukan di WAG keluarga. Kalau anak-anak menemukan gambar kamar anak yang asyik di internet mereka akan membagikannya ke wa grup. Nanti kami akan diskusi. Ternyata ranjang tingkat yang diinginkan anak-anak tidak cocok karena ukurannya tidak sesuai dan sebagainya. Lalu anak-anak akan mencari alternatif ranjang yang lain yang sesuai ukuran kamar sekaligus warna kamar dan lain sebagainya. Diskusi di WAG keluarga biasanya sebagai diskusi awal untuk menyimpan gambar atau foto yang diinginkan. Untuk diskusi lebih detail biasanya dilakukan saat weekend saat semua anggota keluarga berkumpul. Jadi dengan smartphone kita mendidik anak-anak untuk berani mengemukakan pendapat di forum diskusi internal keluarga.
kamar anak di internet sebagai bahan diskusi |
Kedua bocil mempunyai ketertarikan yang tinggi terhadap video. Dua anak ini termasuk berbakat dan jago edit video menurutku. Beberapa temannya meminta jasa mereka untuk membuat intro dan outro channel. Dan mereka menjual intro dan outronya seharga 15 ribu rupiah. Banyak teman-temannya yang memesan intro dan outro ke dua bocil. Hasil uangnya mereka tabung. Terkadang aku juga meminta duo bocil untuk mengedit video yang aku butuhkan untuk disisipkan di blog.
Suatu hari mereka meminta ijin untuk membuat channel youtube. Aku ijinkan dengan syarat tidak ada aktifitas dan gambar mereka di youtube. Boleh gambar kartun atau apa saja asal bukan mereka yang ada di channel youtube. Waktu edit video dan uploadnya pun hanya boleh pas weekend dan tidak mengganggu sekolah. Akhirnya mereka membikin channel youtube untuk video minecraft yang telah mereka edit.
Ternyata channel youtube mereka baru beberapa bulan sudah mencapai lebih dari 13 ribu views. Jika dimanfaatkan dengan baik bisa menghasilkan benefit dari adsense karena syarat pasang adsense adalah jika views sudah mencapai 10 ribu. Saat ini memang belum dimanfaatkan untuk adsense. Namun hobi iseng dua bocil dengan memanfaatkan smartphone ini bisa menghasilkan uang jika dikelola dengan baik.
Jadi siapa bilang gadget atau smartphone berpengaruh buruk terhadap keluarga khususnya anak-anak? Dengan smartphone kami semakin dekat dengan keluarga besar. Dengan smartphone kami berdiskusi dan anak-anak terpantau kegiatan hariannya melalui WAG. Dan channel youtube anak-anak pun bisa menghasilkan uang jika dikelola dengan baik. Semuanya tergantung bagaimana cara kita dalam memanfaatkan smartphone dengan bijak. Mari kita manfaatkan smartphone dengan bijak dan kita ambil sisi positifnya ya guys.
Memang benar sih ada sisi positif juga dalam memperkenalkan gadget ke anak. memang harus tau batasannya ya mak.
BalasHapussesuatu yang berlebihan itu memang tidak baik tak terkecuali dalam bermain gadget. tapi akan bermanfaat bila kita tau bagaimana menggunakannya secara tepat dan efisien.
Iya gadget memang punya sisi positif dan negatif buat anak. Tergantung bagaimana kita menyikapinya. Yang penting tetap harus bijak dalam penggunaannya ke anak ya mam.
BalasHapusSisi positif dari gadget ya Mbak. Saya belum memberikan smartphone ke anak, belum merasa siap dengan sisi negatifnya. :D. Btwe Mbak, kok gak ditampilin akun youtubenya anak-anak? penasaran padahal :)
BalasHapusKalau belum siap memberikan gadget ke anak mending jangan Mbak. Apalagi kalau anak anak madih kelas 5 SD atau di bawahnya. Kalau sudah besar saya kira sudah bisa diberikan gadget dengan pengawasan tentu saja.
HapusChannel youtube anak-anak? Adalah...mayan banget viewsnya daripada emaknya yang gak nambah nambah viewsnya. Nggak udah dishare disini. Malu ...hihi...